penduduk jepang

Inilah Kenapa Negara Jepang Mengalami Penurunan Jumlah Penduduk

Jepang, negeri sakura yang terkenal dengan kedisiplinan warganya, dari ketepatan waktu kereta sampai budaya bersih-bersih yang mendarah daging. Kebiasaan positif mereka sering bikin kita geleng-geleng kepala tanda kagum. Tapi, di balik itu semua, ada isu genting yang lagi dihadapi Jepang: populasi yang terus menyusut. Kok bisa?

Kenapa Sih Penduduk Jepang Makin Sedikit?

Nggak cuma soal robot canggih dan anime keren, Jepang juga punya tantangan demografi yang serius. Dan berikut ini beberapa alasan yang membuat jepang mengalami penurunan jumlah penduduk :

1. Bayi Makin Langka, Kematian Merajalela

Data dari Repository Unsada nunjukkin kalau angka kelahiran di Jepang terus menurun dalam beberapa dekade terakhir. Bandingin aja, tahun 2017 ada sekitar 900 ribu bayi lahir, tapi 1,3 juta orang meninggal dunia (Lazuardi Global Compassionate School). Artinya, yang pergi lebih banyak dari yang datang. Tahun 2022, jumlah penduduk Jepang nyusut lagi 556 ribu jiwa jadi 124,49 juta (CNN). Belum lagi, tingkat bunuh diri di Jepang juga termasuk tinggi, menduduki peringkat ke-30 dunia.

2. Generasi Muda Ogah Nikah?

Survei dari National Institute of Population and Social Security Research tahun 2022 bikin kaget. Hampir seperlima pria dan sekitar 15% wanita Jepang nggak tertarik buat nikah! Ini angka tertinggi sejak tahun 1982. Kayaknya, komitmen jangka panjang bukan lagi prioritas sebagian anak muda Jepang.

3. Cari Kerja Susah, Masa Depan Suram

Menurut artikel di The Atlantic, salah satu biang keladinya adalah minimnya lowongan kerja, terutama buat cowok muda yang diharapkan jadi tulang punggung keluarga. Alhasil, banyak yang jadi males nikah dan punya anak karena nggak punya kestabilan finansial.

4. Efek Pandemi Nggak Main-main

COVID-19 juga ikut memperparah situasi. Ekonomi Jepang yang lagi nggak oke, orang-orang jadi takut ke dokter, dan aktivitas kencan serta pernikahan juga ikut menurun karena pembatasan sosial.

Sejak Kapan Jepang Alami Krisis Populasi?

Penurunan angka kelahiran di Jepang sebenarnya udah kelihatan sejak Perang Dunia II. Pertumbuhan penduduk juga melambat setelah perang. Sempat naik tajam di tahun 1974, tapi terus menurun drastis. Penurunan ini sejalan sama anjloknya angka kelahiran dari 18,6 per 1.000 jiwa di 1974 jadi 11,4 per 1.000 jiwa di 1986.

Setelah Perang Dunia II, populasi Jepang emang sempat berkurang karena dampak perang. Tapi, yang lebih mengkhawatirkan adalah penurunan jumlah bayi yang terus terjadi selama 25 tahun terakhir. Ini bikin komposisi penduduk berubah drastis. Sekarang, jumlah lansia (65 tahun ke atas) udah dua kali lipat lebih banyak dari anak-anak (di bawah 15 tahun)!

Data tahun 2021 nunjukkin, dari total 126 jutaan penduduk Jepang, cuma 12,3% yang berusia muda, sementara 28,7% adalah lansia. Bahkan, diprediksi tahun 2060, hampir 40% penduduk Jepang bakal berusia lanjut. Ini artinya, Jepang kesulitan banget buat regenerasi.

Dampak Ekonomi: Pekerjaan Nggak Tetap Merajalela

Dulu, Jepang punya tradisi pekerjaan tetap yang kuat setelah perang. Tapi, menurut Jeff Kingston dari Temple University Jepang, tahun 2017, sekitar 40% pekerja di Jepang itu pekerja nggak tetap. Gajinya kecil, nggak ada tunjangan pula. Fenomena ini mulai naik daun sejak tahun 90-an, waktu pemerintah ngeluarin kebijakan yang bikin perusahaan lebih gampang rekrut pekerja sementara dan pekerja kontrak.

Dalam fakta budaya jepang yang masih menjunjung tinggi peran laki-laki sebagai pencari nafkah, kondisi ini punya dampak serius buat pernikahan dan punya anak. Seorang profesor di Tokyo Institute of Technology bilang, kalau ada pasangan yang dua-duanya kerjanya nggak tetap, biasanya orang tua nggak bakal setuju mereka nikah. "Di Jepang, masih kuat anggapan kalau laki-laki itu harus punya pekerjaan tetap," kata Nishida. Jadi, kalau lulus kuliah nggak dapet kerja tetap, dianggapnya gagal.

Jadi, itulah beberapa alasan kenapa populasi Jepang terus menyusut. Mulai dari angka pernikahan yang rendah sampai dampak pandemi. Semoga jadi lebih paham ya!

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *