Tugu Perdamaian Sampit, Simbol Rekonsiliasi dan Harapan Baru
Tugu Perdamaian di Sampit merupakan monumen bersejarah yang berdiri di tengah Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Tugu ini dibangun sebagai simbol rekonsiliasi pasca konflik etnis yang terjadi pada awal tahun 2001 antara suku Dayak dan Madura. Monumen ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda sejarah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya perdamaian dan harmoni antar masyarakat multikultural.
1. Sejarah Singkat Berdirinya Tugu Perdamaian
Tugu ini diresmikan pada Mei 2015 sebagai bentuk komitmen bersama untuk memelihara perdamaian pasca tragedi kemanusiaan yang memilukan. Pemerintah daerah, tokoh adat, dan masyarakat berperan aktif dalam proses rekonsiliasi ini.
Secara arsitektural, tugu berbentuk cawan atau kendi khas Dayak yang melambangkan kesatuan dan perdamaian antarsuku. Di tengahnya berdiri sebuah tiang kayu ulin berukir motif Dayak, yang sebelumnya merupakan tugu perdamaian pertama setelah konflik. Kayu ulin dipilih karena dikenal kuat dan tahan lama, melambangkan tekad menjaga kerukunan.
Secara visual, tugu ini memiliki desain yang mencerminkan unsur budaya lokal Kalimantan. Beberapa relief di sekelilingnya menggambarkan simbol adat Dayak dan unsur universal perdamaian seperti burung merpati dan tangan yang bersalaman.
Contoh elemen visual:
- Pilar utama menjulang tegak sebagai lambang keteguhan
- Lingkaran di bagian atas menggambarkan persatuan
- Warna-warna netral digunakan untuk mencerminkan keseimbangan
3. Fungsi Sosial dan Edukatif
Selain menjadi landmark kota, Tugu Perdamaian juga sering digunakan sebagai lokasi peringatan hari besar, kegiatan lintas agama, dan edukasi sejarah konflik sosial. Sekolah-sekolah di sekitar Sampit kerap menjadikan lokasi ini sebagai tujuan studi lapangan.
Daftar kegiatan yang sering dilakukan:
- Doa lintas iman
- Pawai budaya
- Diskusi antar pemuda lintas suku
- Ziarah damai oleh komunitas korban konflik
4. Peran Komunitas Lokal dalam Menjaga Tugu
Keberadaan tugu ini tetap terjaga berkat partisipasi aktif warga, baik dari komunitas Dayak, Madura, maupun etnis lainnya. Beberapa organisasi lokal bahkan membuat program tahunan seperti “Pekan Perdamaian” untuk merawat nilai-nilai yang diwakili oleh monumen ini.
Contoh peran aktif warga:
- Menjaga kebersihan area tugu
- Menginisiasi mural bertema toleransi
- Menggelar bazar lintas budaya di sekitar lokasi
5. Lokasi Strategis dan Akses Wisata
Tugu ini berdiri di tengah bundaran Jalan Jenderal Sudirman, tepat di seberang Masjid Agung Wahyu Al Hadi dan kawasan Islamic Center Sampit. Tugu ini mudah diakses dari berbagai arah dan terletak di dekat fasilitas umum seperti taman kota, alun-alun, dan pusat kuliner. Hal ini menjadikan monumen ini tidak hanya bernilai sejarah, tetapi juga memiliki potensi wisata edukatif dan budaya.
Info lokasi:
- Alamat: Jalan S. Parman, Sampit, Kotawaringin Timur
- Koordinat: Sekitar -2.522 latitude, 112.944 longitude
- Dekat dengan: Masjid Agung Sampit, Pelabuhan Sampit
Cara menuju lokasi:
- Dari Bandara H. Asan (±7 km): Naik taksi atau ojek menuju pusat kota via Jl. Jenderal Sudirman.
- Dari dalam kota Sampit: Gunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, atau sepeda motor ke arah bundaran Masjid Agung.
- Dari Sungai Mentaya: Naik perahu atau speedboat, lalu lanjut jalan kaki atau ojek menuju bundaran tugu.
Spot Unik dan Daya Tarik Wisata
Beberapa spot menarik di sekitar tugu:
- Tiang kayu ulin dengan ukiran Dayak sebagai pusat monumen, menjadi simbol kuat perdamaian antara dua etnis besar.
- Bentuk kendi raksasa, dicat dengan warna cerah, melambangkan budaya lokal dan menarik sebagai latar foto.
- Pemandangan Masjid Agung Wahyu Al Hadi, terlihat jelas dari seberang tugu, memperkuat pesan harmoni antara nilai adat dan spiritualitas Islam di Sampit.
Tugu ini juga menjadi tempat edukasi sejarah lokal, terutama bagi pelajar dan pengunjung yang ingin memahami peristiwa tahun 2001 secara lebih mendalam.